JAKARTA – Ada sekitar 35 orang Calon Direktur di PT Kereta Api Indonesia (PT KAI). Sebelum menjadi calon pemimpin yang terjun langsung ke lapangan, mereka dibekali ilmu dan belajar di Institut Pengembangan Manajemen Indonesia atau yang sering dikenal dengan IPMI International Business School selama kurang lebih 5 minggu.
Selain memperoleh materi dari IPMI, PT KAI juga bersinergi dengan ACT Consulting yang dinakhodai oleh Dr. (H.C) Ary Ginanjar Agustian. Sebagai pertimbangan penilaian untuk calon Direksi, apakah mereka sudah berhak lolos menjadi seorang leader yang menaungi puluhan ribu insan PT KAI atau belum.
“Artinya seorang leaders itu seperti koin yang dilihat dari dua sisi atau two side of a coin, di antaranya do the right think or do the think right,” kata Ary dari Studio lantai 23 Menara 165 pada Kamis (24/6/2021) kepada puluhan calon penerus PT KAI hingga 2045 bahkan lebih lama lagi.
Ia ditemani oleh Arief Rahman Saleh (trainer) untuk memberikan materi yang bernama ilmu Coaching. Dengan harapan, melalui ilmu itu calon pemimpin PT KAI berhasil membawa kapalnya menuju Indonesia Emas 2045, bisa melawan tantangan yang ada di era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) ini.
Sebab, kata dia, tak hanya kompetensi saja yang dibutuhkan untuk bertahan di era ini namun harus memiliki 5 ketahanan mental (agility) dan keluasan hati (capability).
“Seperti yang saya salut dan kagumi dari PT KAI ini yang bisa membuat kereta api cepat dari Jakarta ke Bandung yang saingannya itu dengan jalan tol. Tapi KAI bisa bertahan, terus berusaha menekan harga yang tak murah itu di tengah pandemic atau ekonomi sedang naik dan turun. Beri applause buat PT KAI,” ungkap Ary bangga, semua orang bertepuk tangan sambil tersenyum.
Saran Ary, untuk memiliki gelar Direktur atau CEO bisa dipelajari dari bukunya Jim Collins yang berjudul Good to Great.
“Agar menjadi pemimpin yang World Class, sudah dicontohkan oleh CEO-CEO yang ada di dunia dalam buku Good to Great itu. Di sana dijelaskan bagaimana cara mereka menjalankan perusahaan hingga bertahan puluhan tahun. Mereka harus membangun engagement dan memiliki novasi salah satunya. Mereka punya core purpose dan core values. Dan saya juga sudah tuliskan ilmu-ilmunya di dalam buku ESQ ini, terjual 2,5 juta copy lebih.”
“Sama halnya yang diinginkan oleh Menteri BUMN, Erick Thohir, dengan adanya core values AKHLAK diharapkan BUMN beserta Anpernya mengimplementasi sebaik mungkin di lingkupnya masing-masing. Seperti gambar yang satu ini. Apa pandangan dari Anda?” tanya Founder ACT Consulting itu.
Suasana pelatihan agak hening dan serius terlihat di layar zoom meeting. Tiba-tiba, pria bernama Yosep berikan komentarnya tentang gambar itu.
Menurut kacamata Yosep, “Adanya campuran dari transformasi bisnis yang bicara tentang strategi, sistem, struktur di dalam organisasi. Namun harus diimbangi dengan transformasi budaya salah satunya values atau nilai AKHLAK. Saya belajar dari sini bahwa attitude nomor satu sedangkan integritas harga mati.”